Semenjak HBO sukses besar lewat The Last of Us, banyak orang baru sadar kalau adaptasi video game ke serial TV bisa banget berhasil — asal digarap serius dan punya cerita kuat.
Tapi faktanya, sebelum Joel dan Ellie muncul di layar, sudah ada beberapa serial adaptasi game yang sukses besar secara global.
Serial-serial ini gak cuma “berdasarkan game populer,” tapi juga berhasil menciptakan identitasnya sendiri, dengan visual memukau, karakter berlapis, dan emosi yang nendang banget.
Bahkan sebagian di antaranya dianggap lebih bagus dari game aslinya.
Jadi, inilah Lima Serial Adaptasi Game Yang Sukses Besar Selain The Last Of Us — bukti nyata bahwa dunia game dan film akhirnya bisa berdamai dengan hasil spektakuler.
1. Arcane (Netflix – Berdasarkan League of Legends)
Kita mulai dari yang paling fenomenal: Arcane.
Serial animasi ini diadaptasi dari dunia League of Legends — salah satu game multiplayer paling populer di dunia. Tapi jangan salah, kamu gak perlu ngerti gamenya buat jatuh cinta sama Arcane.
Ceritanya fokus ke dua saudari, Vi dan Jinx, yang hidup di dua sisi dunia berbeda: Piltover (kota maju dengan teknologi tinggi) dan Zaun (wilayah kumuh penuh konflik).
Hubungan mereka kompleks banget — penuh cinta, dendam, dan tragedi.
Yang bikin Arcane luar biasa bukan cuma ceritanya, tapi visual dan atmosfer-nya yang gila-gilaan.
Studio Fortiche dan Riot Games berhasil bikin animasi dengan gaya lukisan hidup yang halus tapi dramatis. Tiap frame literally kayak karya seni.
Bukan cuma fans League of Legends yang jatuh cinta. Kritikus juga memuji Arcane sebagai “salah satu serial animasi terbaik sepanjang masa.”
Dia menang Emmy Awards 2022 untuk kategori Outstanding Animated Program, ngalahin nama-nama besar kayak Rick and Morty dan Bob’s Burgers.
Dan gak ketinggalan — soundtrack-nya dari Imagine Dragons bikin setiap episode makin nempel di kepala.
Jadi kalau kamu cari adaptasi game yang bukan cuma keren secara teknis tapi juga emosional, Arcane wajib banget kamu tonton.
2. The Witcher (Netflix – Berdasarkan Game dan Novel)
Selanjutnya ada The Witcher, adaptasi yang sukses banget karena menggabungkan dua basis fans sekaligus: gamer dan pembaca novel.
Serial ini diangkat dari karya Andrzej Sapkowski, tapi popularitas game The Witcher 3: Wild Hunt dari CD Projekt Red bikin hype-nya meledak di seluruh dunia.
Henry Cavill jadi Geralt of Rivia — pemburu monster berotot, pendiam, tapi punya hati lembut (dan rambut putih legendaris itu).
Dan meskipun Cavill udah keluar dari serial setelah season 3, dia tetap diingat sebagai wajah ikonik Geralt.
Yang bikin The Witcher berhasil adalah tone gelap dan dunia fantasinya yang dewasa.
Cerita politik, sihir, moral abu-abu, dan pertarungan brutal bikin tiap episode terasa intens banget.
Selain itu, sinematografinya memukau: hutan berkabut, kastil gothic, dan makhluk mistis yang dibuat lewat CGI kelas tinggi.
Meskipun sempat kena kritik karena timeline rumit di musim pertama, serial ini tetap jadi salah satu adaptasi game paling sukses di Netflix.
Dan yang lebih menarik — The Witcher berhasil memperluas semesta lewat spin-off seperti Blood Origin.
Buat kamu yang suka vibe Game of Thrones tapi pengen sentuhan dunia game, The Witcher adalah kombinasi sempurna.
3. Castlevania (Netflix – Berdasarkan Game Klasik Konami)
Kalau kamu suka animasi berdarah dan cerita gelap yang penuh tragedi, Castlevania adalah mahakarya wajib tonton.
Diadaptasi dari game klasik Konami, serial ini berhasil ngubah kisah pemburu vampir kuno jadi saga epik tentang balas dendam, moralitas, dan pertempuran antara manusia dan monster.
Ceritanya berpusat pada Trevor Belmont, Sypha, dan Alucard — trio pahlawan yang berusaha menghentikan Dracula setelah sang vampir murka karena manusia membunuh istrinya.
Kedengarannya klise? Percaya deh, eksekusinya luar biasa.
Yang bikin Castlevania spesial adalah dialog tajam, karakter kompleks, dan animasi brutal nan indah.
Gaya visualnya terinspirasi anime Jepang tapi tetap punya nuansa Eropa klasik yang gothic banget.
Selain aksi intens, ada juga momen-momen reflektif yang bikin kamu mikir: siapa sebenarnya monster di dunia ini — manusia atau vampir?
Seri ini berlangsung selama empat musim (2017–2021) dan diakhiri dengan sempurna, bikin fans puas total.
Saking suksesnya, Netflix bahkan bikin spin-off baru: Castlevania: Nocturne, yang masih dapet pujian tinggi.
Jadi, Castlevania bukan cuma nostalgia buat gamer lama, tapi juga contoh bagaimana adaptasi game bisa jadi karya seni yang matang dan emosional.
4. Halo (Paramount+)
Selanjutnya ada Halo, serial yang diangkat dari franchise game legendaris milik Microsoft.
Setelah bertahun-tahun gagal diadaptasi ke film, akhirnya Halo dapat kesempatan jadi serial live-action, dan hasilnya… jauh lebih baik dari ekspektasi awal.
Serial ini berlatar di abad ke-26, di mana umat manusia berperang melawan ras alien bernama Covenant.
Pusat ceritanya ada pada Master Chief, prajurit super dalam armor legendaris yang jadi ikon Xbox selama dua dekade.
Yang menarik, serial ini berani ngasih sisi manusiawi dari Master Chief.
Kita gak cuma liat dia sebagai tentara mesin pembunuh, tapi juga sebagai individu yang mulai mempertanyakan siapa dirinya dan kenapa dia diciptakan.
Efek visualnya keren banget. Adegan pertempurannya megah, armor Spartan-nya realistis, dan CGI alien-nya punya detail tingkat tinggi.
Paramount+ habisin sekitar 10 juta USD per episode, dan jelas banget keliatan di hasil akhirnya.
Meskipun fans terbagi soal perubahan cerita dari game, secara teknis dan visual, Halo adalah adaptasi game dengan produksi terbaik di dunia live-action.
Dan kabar baiknya, Halo Season 2 udah dikonfirmasi bakal lebih fokus ke elemen lore dan konflik emosional karakter utamanya.
5. Fallout (Amazon Prime Video)
Nah, ini salah satu yang baru tapi langsung meledak hype-nya: Fallout.
Diadaptasi dari game RPG post-apocalyptic klasik buatan Bethesda, serial ini dikembangkan oleh Jonathan Nolan dan Lisa Joy (tim di balik Westworld).
Udah kebayang kan kualitasnya bakal kayak apa?
Cerita Fallout berpusat pada dunia setelah perang nuklir menghancurkan peradaban.
Manusia bertahan hidup di bunker bawah tanah yang disebut Vault, tapi begitu keluar ke permukaan, yang mereka temukan adalah dunia gila penuh mutan, preman, dan sisa-sisa peradaban rusak.
Serialnya penuh satire dan gaya humor gelap — ciri khas dunia Fallout.
Karakternya berlapis, visualnya gila, dan suasananya campur antara tragis dan lucu.
Amazon kasih bujet besar banget buat serial ini — diperkirakan sekitar 80 juta USD untuk musim pertama.
Dan itu keliatan dari set-nya yang detail banget, dari Vault 33 sampai padang pasir nuklir yang tampak realistis.
Yang bikin Fallout menarik adalah kemampuannya menangkap roh game-nya tanpa harus menjiplak plot.
Dia gak cuma adaptasi, tapi reinterpretasi dunia Fallout dengan cara yang segar, cerdas, dan tetap menghormati sumber aslinya.
Kalau kamu suka dunia Mad Max tapi lebih sarkastik dan absurd, Fallout bakal jadi tontonan favoritmu.
Bonus: Cyberpunk: Edgerunners (Netflix – Berdasarkan Cyberpunk 2077)
Susah banget buat gak nyebut Cyberpunk: Edgerunners kalau ngomongin adaptasi game sukses.
Anime ini diadaptasi dari game Cyberpunk 2077 yang awalnya penuh kontroversi, tapi versi animasinya justru berhasil mengubah citra game-nya jadi sesuatu yang keren banget.
Disutradarai oleh studio legendaris Trigger (pembuat Kill la Kill dan Promare), Edgerunners ngasih cerita orisinal tentang David Martinez — anak jalanan di Night City yang berjuang di dunia penuh teknologi, geng, dan ketamakan korporat.
Visualnya neon, brutal, dan penuh gaya.
Tapi di balik kekerasan dan kecepatan tinggi, anime ini punya hati.
Kisah cinta David dan Lucy tragis banget, sampai bikin fans di seluruh dunia nangis berjamaah waktu ending-nya.
Bahkan CD Projekt Red sendiri bilang, Edgerunners bikin penjualan Cyberpunk 2077 naik lagi secara signifikan.
Anime ini dianggap adaptasi game terbaik dalam bentuk animasi modern — stylish, emosional, dan punya jiwa yang kuat banget.
Kenapa Adaptasi Game Sekarang Bisa Sukses?
Dulu, setiap kali ada film atau serial adaptasi game, hasilnya hampir selalu gagal.
Tapi sekarang beda. Ada beberapa alasan kenapa gelombang baru adaptasi game bisa sukses besar:
- Studio udah belajar dari kesalahan. Mereka sadar fans game gak butuh fanservice murahan — mereka pengen cerita bagus.
- Game sekarang punya cerita kuat. Banyak game modern udah kayak film interaktif, jadi materi dasarnya emang berkualitas.
- Kreator yang paham dunia game. Kayak Neil Druckmann di The Last of Us atau Riot Games di Arcane — mereka bukan orang luar industri.
- Platform streaming kasih kebebasan. Gak perlu potong durasi kayak film, jadi bisa eksplorasi karakter lebih dalam.
- Teknologi sinematik makin canggih. CGI, motion capture, dan animasi sekarang udah setara film Hollywood besar.
Hasilnya? Adaptasi game gak cuma jadi pelengkap, tapi jadi genre baru yang legit.
Perbandingan Biaya Produksi Adaptasi Game Terpopuler
| Judul Serial | Platform | Estimasi Biaya per Episode | Gaya Produksi | Rating Penonton |
|---|---|---|---|---|
| The Last of Us | HBO | $10–15 juta | Live-Action, Sinematik | 9.2/10 |
| Arcane | Netflix | $3–5 juta | Animasi 3D, Stylized | 9.0/10 |
| The Witcher | Netflix | $8–10 juta | Live-Action, Fantasi | 8.1/10 |
| Castlevania | Netflix | $2 juta | Animasi 2D, Gothic | 8.5/10 |
| Fallout | Amazon Prime | $10 juta | Live-Action, Sci-fi | 8.8/10 |
| Cyberpunk: Edgerunners | Netflix | $3 juta | Anime 2D, Futuristik | 9.0/10 |
Tabel ini ngasih gambaran kalau kualitas adaptasi sepadan sama bujet dan dedikasi yang dikasih.
Semua judul ini punya satu kesamaan: mereka gak cuma nyalin game, tapi bener-bener ngebangun dunia.
Kesimpulan: Dunia Game dan Serial Akhirnya Menyatu
Jadi, Lima Serial Adaptasi Game Yang Sukses Besar Selain The Last Of Us ini nunjukin satu hal penting — kalau dibuat dengan cinta dan visi yang kuat, game bisa jadi bahan cerita luar biasa.
Arcane bikin kita nangis di dunia steampunk penuh warna.
The Witcher ngajak kita masuk ke dunia kelam penuh monster dan moral abu-abu.
Castlevania ngajarin bahwa bahkan monster pun bisa punya hati.
Halo ngasih skala perang intergalaksi yang epik banget.
Dan Fallout bikin dunia pasca-apokaliptik terasa absurd tapi manusiawi.
Semua adaptasi ini punya satu benang merah: mereka ngerti apa yang bikin game aslinya dicintai, lalu ngolahnya jadi narasi yang relevan buat semua orang.
Jadi, kalau dulu kita skeptis sama adaptasi game, sekarang waktunya berubah.
Karena nyatanya, dunia game dan dunia film udah gak berjarak lagi — mereka berkolaborasi, dan hasilnya… gila banget.
FAQ
1. Apa adaptasi game terbaik sepanjang masa selain The Last of Us?
Arcane dan Cyberpunk: Edgerunners sering dianggap terbaik karena berhasil menggabungkan gaya visual unik dan storytelling emosional.
2. Kenapa banyak adaptasi game gagal dulu?
Karena sutradara atau studio gak paham esensi gamenya, cuma ngejar popularitas tanpa jiwa.
3. Apakah The Witcher dianggap adaptasi game atau novel?
Keduanya. Tapi popularitasnya diangkat lagi berkat kesuksesan gamenya.
4. Apakah semua adaptasi game cocok dijadiin serial?
Enggak. Beberapa game lebih cocok difilmkan karena plotnya lebih singkat dan linear.
5. Serial game apa yang paling dinanti berikutnya?
God of War (Amazon) dan Assassin’s Creed (Netflix) lagi dalam tahap produksi — dua-duanya berpotensi besar banget.
6. Apakah adaptasi game ini mengubah industri hiburan?
Iya, karena sekarang banyak studio besar mulai ngelirik game sebagai sumber cerita yang kaya dan potensial.
Kesimpulan Akhir:
Jadi, Lima Serial Adaptasi Game Yang Sukses Besar Selain The Last Of Us ini bukti nyata bahwa industri hiburan udah berkembang pesat.
Game bukan lagi sekadar “mainan,” tapi bentuk seni dengan narasi kuat — dan ketika diadaptasi dengan hati, hasilnya bisa luar biasa.